headerblog

Silent Reader, Mengapa dan Bagaimana Menyikapinya


Ini Tentang si Silent Reader


Ide tulisan ini, tentang SILENT READER, berawal dari chat-chat'an sama adik ipar. Fyi, adik iparku ini dulunya adalah temen kerjaku. Qadarullah kami memiliki beberapa "kesakitan" yang sama, dan Alhamdulilah sekarang kondisi kami bisa dibilang sudah lebih baik, InsyaAllah. Walaupun terpisah jarak yang sangaaaat jauh, tapi Alhamdulillah masih bisa berkomunikasi dengannya.

Sangaaaat jauh? Iya, di Turki. Koq bisa? ceritanya? Coba aja kepoin blognya www.muzeyyensalik.com. Btw, ceritanya sore itu tiba-tiba doi kirimin link blognya kepadaku di sela percakapan kita, dan bilang, "Mba, baca'o, apik og" (baca: Mba, bacalah, ini bagus).

Kubacalah, dan ini bercerita tentang si silent reader. Tulisan ini ia jadikan salah satu judul di blognya, namun artikel ini bukan tulisan asli buatannya, ia copas dari artikel orang lain.


Apa itu Silent Reader?


Silent Reader sendiri berasal dari Bahasa Inggris. Silent yang berarti diam, dan Reader berasal dari kata read yang artinya membaca. Reader adalah pembaca, jadi Silent Reader adalah pembaca diam.

Siapa yang disini adalah si silent reader, hayo? 

Akulah si silent reader, hihihi. Tapi menyesuaikan ding, ngga selalu jadi silent reader.

Silent reader ini biasanya sebutan untuk orang yang diam di dalam suatu grup, kalau sekarang ya grup WA yang populer. 

Banyak sekali grup WA sekarang ini, ya grup wali murid anak-anak kita, grup RT, grup temen SD, SMP, SMA, kuliah. Adalagi grup keluarga, dan grup-grup lain tergantung kegiatan kita yang mungkin bergabung dalam suatu organisasi.

MasyaAllah ya, dengan kemajuan teknologi, mempermudah kita menjalin komunikasi dengan siapapun. Kalau orang bilang, the power of social media. Tapi ya memang bener sih, Alhamdulillah dua pekan yang lalu aku bisa ketemu sama sahabat lawas jaman SMK yang kurleb sudah 16 tahun bener-bener lost contact. 

Doi mencari sosmedku ngga nemu, akupun mencari sosmednya ngga nemu juga, karena sosmed kami sama-sama ngga pake nama asli kala itu. Tapi Alhamdulillah berkat DM'an salah satu temen di IG, yang pada akhirnya atas ijin Allah, nemulah WA sahabat lawasku itu melalui temen yang ngeDM aku. 

Akhirnya, kembali lagi bisa bersilaturahim dan MasyaAllah jadi punya cerita baru darinya, yang bisa jadi pembelajaran hidup untukku juga. 

Eh, kebiasaan ya si penulis ini, kalau nulis suka cerita dan jadi kemana-mana deh.. :D

Baiklah, back to laptop, eh..back to tema.

Nah, kira-kira kenapa sih ada si silent reader dalam grup?


Mengapa Menjadi Si Silent Reader?


Sebenarnya, ngga semua orang menjadi silent reader untuk semua grup yang ia ikuti. Contohnya aku, aku bisa aktif di beberapa grup dan bisa juga menjadi silent reader di beberapa grup yang lain.

Nah, yang diceritakan di artikel blog adikku itu adalah tentang si silent reader yang memang memilih lebih banyak diam karena mendapat perlakuan yang bisa dibilang diskriminatif di keluarganya.

Ini sangat layak untuk dibahas, karena menurutku banyak orang yang "menyepelekan" orang lain yang dianggap lebih rendah darinya, dan disini biasanya adalah perihal ekonomi.

Kalau orang jawa bilang, "wong kere kuwi sering disepelekne". Ya, jadi banyak yang "kurang menganggap" kehadirannya dibanding anggota keluarga lainnya yang "lebih". Lebih tepatnya, diperlakukan ngga adil lah dear… 

Wow, sakiit dong? Iyess, sakit bingiiit. Maka dari itu, si tokoh dalam cerita di artikel blog adikku itu lebih memilih diam dalam grup keluarganya. Sebabnya, ya seperti sedikit penjelasanku diatas tadi. Beberapa anggota keluarganya lebih menunjukkan sikap care terhadap anggota keluarga yang dianggap berlebih dalam urusan harta, dan careless terhadapnya, yang qadarullah sedang diuji dalam keterbatasan ekonomi.

Jadi, banyak alasan mengapa menjadi silent reader, mari kita bahas.


Mendapat Perlakuan Diskriminatif


Kasus ini seperti yang dialami oleh si penulis yang aku sudah jelaskan diatas. Ia memilih diam karena merasa kurang dianggap atau diperlakukan tidak adil oleh anggota grup yang lain.


Kurang Percaya Diri


Rasa kurang percaya diri sebenarnya bisa dibilang bawaan ya? Bener ngga sih? Karena menurut aku, didikan atau pola asuh itu bisa mempengaruhi seseorang tumbuh menjadi sosok yang kurang percaya diri. Atau mungkin karena merasa banyak kekurangan dibanding yang lain, pada akhirnya muncul'lah rasa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat yang akhirnya memilih diam dan hanya menyimak saja.


Belum Akrab dengan Anggota Grup yang Lain


Ini bisa disambungkan dengan kurang percaya diri ya? Hahaha

Cuma bedanya, kalau yang tadi kenal tapi ngga PD, kalau yang ini bukan tipe yang langsung bisa membaur dengan orang asing. 


Tidak Menyimak Grup


Ada yang modelan begini juga lho, jadi dibuka tapi ngga dibaca secara detail atau bahkan sama sekali ngga nyimak or dinonaktifkan notifikasi'nya. Maybe karena sibuk, bisa jadi. Atau karena memilah-milah grup yang prioritas saja yang dibaca secara detail. Ya, jadinya, hanya menjadi silent reader. 


Tidak Cocok / Setengah Hati dalam Grup


Aku pernah baca di salah satu postingan agama tentang adab memasukkan orang lain ke grup. Jadi, memang sebaiknya adalah menanyakan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan bersedia atau tidak masuk ke dalam grup tersebut. Pengecualian kalau grupnya adalah grup wajib ya. Karena apa? Karena memang ada grup yang bahasannya kemana-mana, ngga terarah, ditambah lagi bahas SARA. Duh, ini sensitif ya dear.

Maka memang lebih baik, kita lebih bisa memilih dan memprioritaskan grup yang sekiranya bermanfaat saja. Jika dirasa banyak mudharat, bisa minta ijin baik-baik untuk out. Ngga papa? Ngga enak ah, iya sih, kadang emang gitu, hihihi.

Tapi, boleh koq ngga dosa. Justru jika kita masuk ke grup yang bahasannya ngga jelas, kasi stiker-stiker yang kurang pantas, ada ghibah disana, dah lah out secepatnya…

Eh, ini kan bahas silent reader ya? :D. Nah, maksudku adalah, jadi mungkin karena merasa ngga sreg sama grup tersebut, maka memilih untuk menjadi silent reader saja.


Pernah Tersinggung 


Nah, kalau yang ini berarti ngga murni si silent reader. Karena bisa jadi awalnya doi mau membaur, mau kasi pendapat hanya saja pernah ada sesuatu yang membuatnya kecewa. Dan pada akhirnya, ia memilih untuk menjadi silent reader saja.

Terus, bagaimana seharusnya menyikapi si silent reader?


Bagaimana Menyikapi Silent Reader


Ini versi aku ya dear, Bismillah, jika ada yang kurang pas, bisa skip dan mohon maaf sebelumnya karena manusia memang sudah biasa berbeda pendapat, tapi tetep peace ya dear...okey? :)

Beberapa orang mungkin sebel sama anggota grup yang diem aja. Karena mereka menganggap, ini orang kenapa sih, koq ngga pernah mau kontribusi pendapat? 

Namun ada juga yang masih husnudzon dan memberikan udzur, oh mungkin dia sedang begini. MasyaAllah ya kalau semuanya begini, hahaha.

Lalu, bagaimana sebaiknya bersikap?


Mention/ Tag si Silent Reader


Ikhtiar pertama adalah tag si silent reader, siapa tau memang selama ini tidak menyimak grup. Alhamdulillah, WA sudah menghadirkan fitur mention/ tag di dalam grup.

Dengan fitur ini, pengguna menjadi lebih awas jika ia "dicolek" dalam grup percakapan. Sebab, meski grup tersebut di-mute (mode senyap), bunyi notifikasi akan tetap muncul.

Nah, ini bisa tepat sasaran untuk si silent reader yang memang tidak fokus pada grup. Dengan dicolek, siapa tau ia kemudian berkenan untuk muncul dan memberikan pendapat atau menanggapi grup.


Melakukan Japri (Jalur Pribadi)


Ketika ikhtiar pertama zonk, alangkah lebih baik jika kita melakukan chat pribadi. Usahakan menggunakan bahasa yang sopan dan baik untuk menyapa dan menanyakan, mengapa selama ini hanya diam. Karena seperti yang sudah tertulis diatas tadi, lebih indah ketika kita tidak menebak-nebak atau suudzon terlebih dahulu. Karena pasti ada alasan mengapa ia demikian.


Hindari Percakapan Berbau Ghibah dan Sensitif Dalam Grup


Ini adalah berlaku untuk semua anggota grup apapun, sebab tidak semua orang bermental baja, ada yang mentalnya yupi, hihihi.

Jadi, etika dalam menyampaikan pendapat atau bercanda sebaiknya tidak berlebihan. Tidak semua orang juga bisa menerima candaan kita. 

Jika memang sudah terlanjur atau tidak sengaja menyinggung, usahakan secepatnya meminta maaf. 

Nah, disini point utamanya adalah semua balik ke diri kita terlebih dahulu. Usahakan yang pertama kali muhasabah adalah diri sendiri, kemudian berusaha untuk terus memperbaiki. 


Dearest sahabat mygalerytha.com, sekian tulisan eike. Semoga kita senantiasa mampu membawa diri dimanapun, selalu berusaha berniat baik dengan siapapun, dan membersihkan hati dari segala prasangka buruk.

Semoga lisan kita juga tidak menyakiti orang lain, pun dengan sikap kita. Aamiin.

Mohon maaf jika aku pernah ada salah di grup atau dimanapun. Love you all..

Semoga yang sedikit ini tentang silent reader, mengapa dan bagaimana menyikapinya dapat bermanfaat, dan selalu yang pertama adalah menjadi nasehat pula untuk si penulis.

Inilah kelebihan menulis, kalau pas lagi down, lagi kufur, buka blognya, biar kesentil sama tulisan sendiri :D. 


InsyaAlloh see u next time...



Related Posts

Posting Komentar