headerblog

Tersiram Air Panas, Menjadi Teguran Besar Untukku

16 komentar

Tersiram Air Panas Menjadi Teguran Besar

Pagi itu, hari Sabtu di pekan pertama awal bulan Agustus. Rutinitas pagi pun terjadi seperti biasa. Pagiku sibuk di dapur karena si bayi belum terbangun dari tidurnya. Hanya saja pagi itu, aku tidak melakukan aktifitas memasak karena pukul 07.30 aku sudah harus on the way menuju ke sekolah kakak no 2 untuk Halaqah Wajib. Jadi aku sengaja menyiapkan masakan pada malam harinya supaya pagiku lebih longgar waktunya.

Biasanya aku masak air untuk mandi si bayi ketika ia sudah terbangun, namun Qadarullah pagi itu kusiapkan lebih awal karena kupikir, biar kalau bangun, air untuk mandinya udah ready. Jadi, lumayan lah menghemat waktu.

Namun, entah apa yang sedang aku pikirkan, sampai-sampai sebuah musibah terjadi. 


Musibah Tersiram Air Panas


Panci air yang baru saja mendidih itu, tiba-tiba lepas dari genggaman jari jemariku dan byuuuuur, dengan lancar menyiram hampir seluruh telapak kakiku. Hanya bisa mengucap Astaghfirullah berulang kali sambil menahan rasa panas yang luar biasa, sangat luar biasa….


Suami yang saat itu masih berada di dalam kamar mandi, bergegas keluar dan mengambil gandum, lalu diberikan padaku dengan ucapan, "koq bisa nda?", raut wajahnya menampakkan kekhawatiran. Sambil terus merintih dan Istighfar, kujawab, "ya Qadarullah yah"


Rasa panasnya mulai menjalar kemana-mana. Dengan terus beristighar, kumasukkan telapak kakiku ke dalam plastik berisi gandum tersebut. Lumayan, adem rasanya, namun ketika keluar dari balutan gandum, panasnya terasa lagi. Bimbanglah pagi itu, sebab Halaqah Wajib sudah menanti, sedangkan bulan sebelumnya kami sudah ijin. Baiklah, akhirnya pagi itu tetap aku niatkan untuk berangkat.


Mandi, bersiap dan kami pun berangkat. Telapak kaki yang masih terasa nyut-nyut itupun semakin terasa panas karena tertutup kaos kaki. Ya, sebab telapak kaki termasuk dari aurat, maka memang sudah wajib kututup, apapun kondisinya.


Di jalan, rasanya tambah ngga karuan karena pagi itu, Alhamdulillah matahari memancarkan sinarnya dengan sempurna, jadi pukul 07.35 sudah lumayan terasa panasnya. 


Selama perjalanan, sambil tetap menggendong bayiku, aku terus bergumam dalam hati. Ya Allah, baru tertuang air panas bahkan di sedikit bagian tubuh saja rasanya luar biasa, lalu bagaimana kelak rasanya api neraka….


Mendengar Kajian yang Membuatku Semakin Tersadar


Sesampainya di Kuttab, sekolah kakak no 2, akupun turun dari motor, dan ternyata untuk berjalan saja, tidak bisa seperti biasanya. Akhirnya, suami memutuskan untuk membawa si bayi bersamanya. 


Benar saja, naik tangga yang lumayan jumlahnya ternyata berpengaruh juga ke rasa panas di telapak kakiku. Subhanallah, ini baru di dunia, lagi-lagi aku mengucapnya dalam hati. 


Kemudian setelah mengisi daftar absensi, aku pun masuk ke ruangan dan membuka kaos kaki yang kupakai, berharap sedikit mendapat udara dingin di dalam ruangan yang penuh dengan kipas angin. Aman ya, karena semua akhwat…


Kajian pun dimulai...dan pembahasannya adalah mengenai ketaatan dalam keluarga.

Bagaimana seorang suami yang wajib menuntun seluruh anggota keluarganya untuk menuju jalan ketaatan secara bersama-sama. Pas bingiiit...


Ketaatan, seketika mengetuk kembali hatiku…. teorinya mudah, namun ternyata mengimplementasikannya butuh diperjuangkan…aku jadi menilik diriku sendiri..

Beberapa kali ada teman lama bertanya, bagaimana prosesnya Etha yang dulu dan Etha yang sekarang? 

Ya, mungkin mereka melihatku dengan pakaian ini penuh dengan kesempurnaan. Namun, aku pun banyak bertarung dengan hawa nafsuku sendiri dan lagi-lagi, aku berkata, it was not easy... Aku masih sama, seorang pendosa yang tertatih berharap ampunan.


Banyak orang yang memang sudah mengenal ketaatan sejak kecil, dan Alhamdulilah Allah berikan kesempatan istiqomah hingga ia dewasa, bahkan hingga akhir hayatnya. Namun, ta sedikit pula yang tidak menemui keistiqomahan di akhir hayatnya. Lalu aku? Bagaimana aku dan juga orang-orang yang kusayangi? Dapatkah kita semua berkumpul di Syurga-Nya kelak?


Ini yang selalu menjadi sentilan untuk diri ini, karena memang kebiasaan itu pada akhirnya akan menjadi keterusan. Maka, memang sudah waktunya selalu meluangkan waktu dan hati untuk berbenah, untuk senantiasa membiasakan diri melakukan hal-hal yang mendekatkan diri pada ketaatan. Sebab, dunia memang sangat melalaikan, padahal sesungguhnya di dalam hati kecil kita sangat menyadari, bahwa dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan kekal, yaitu Akhirat.


Tersiram Air Panas Teguran Besar Untukku


Memulai hijrah itu mudah, namun istiqomah itulah yang perlu diperjuangkan. Terkadang beberapa teman melihat kita sosok yang kuat. Pada kenyataannya, kita pun mengalami beberapa benturan hebat dalam kehidupan dan ada waktunya juga kita berkata, aku cukup lelah ya Allah..


Perjalanan hijrah setiap insan menemui ujiannya masing-masing. Sering ngga sih menemui part dimana hati berkata, "koq banyak sekali aturannya ya?". Hehe, iya....dulu pertanyaan itu selalu muncul, namun MasyaAllah perlahan Allah siapkan jawabannya melalui ujian yang disertai solusi yang akhirnya aku jadi paham, mengapa hal ini dilarang oleh Allah. 


Jika perintah atasan saja kita taati karena kita menghormati, apalagi dengan Allah, yang menciptakan kita. Bagaimana kelak ketika waktunya kita bertemu padaNya? Apa yang bisa kita sampaikan sementara hari-hari dipenuhi dengan kelalaian? 


Untuk aku, iya ini semua teguran keras untukku si pendosa ini. 


Tersiram Air Panas, Menjadi Teguran Besar Untukku


Hari itu, Sabtu, 6 Agustus 2022, Allah menegurku dengan musibah tertuang air panas, dan disaat bersamaan pula Allah siram hati ini dengan kajian tentang ketaatan. Sangat indah cara Allah dalam menyayangi makhluknya. 


Mungkin jika kita jauh dari ilmu, tertuang air panas ini menjadi sesuatu yang menjengkelkan di pagi hari disaat sibuk-sibuknya berkegiatan domestik. Namun, ketika sudah ada ilmu yang menancap di hati, musibah pun bisa menjadi alarm untuk diri ini kembali bermuhasabah. 


Justru, kadang yang menjadi ketakutan adalah ketika Allah beri kemudahan disaat kita jauh dari ketaatan. Istidraj, iya...takut sekali. 

Teringat pesan salah seorang Ustadzah kelas tahsin. 

Jika kita mengaku beriman Islam, maka cintailah Al Qur'an. Paling tidak, setiap hari luangkan waktu untuk membacanya walau satu ayat. Pahami artinya… belajar minimal dari surat yang sering kita baca dulu. Dan jangan lupa, minta tolong sama Allah, sebab kita ini kan makhluk kecil, lemah, kita tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan Allah. Ibarat tubuh kita butuh makan 3 kali sehari, nah begitupun dengan ruh. Karena justru yang menguatkan adalah ruh, bukan fisik.

Kemudian beliau menceritakan kisah salah seorang Sahabat Rasulullah yang meninggal paling terakhir, Abu Qilabah.

Abu Qilabah, seorang pria tua dengan kondisi tidak memiliki kedua tangan dan kaki, pendengarannya pun tidak sempurna, bahkan rabun. Namun di dalam setiap ucapannya tidak lain selalu memuji Allah.الحمد لله رب العالمي"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam".Dari kisah tersebut kita dapat melihat, bahwa sesungguhnya bukan fisik yang menguatkan, namun ruh. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita memenuhi kebutuhan ruh kita seperti halnya memenuhi kebutuhan fisik.


Sekali lagi, tulisan ini adalah kisah untuk menyentil diri sendiri yang kuabadikan dalam blog ini.

Semoga kita semua senantiasa berada dalam lindunganNya. Senantiasa berhusnudzon kepada Allah, bahwa setiap takdirNya adalah baik. Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari orang lain, namun berusahalah untuk selalu lebih baik dari hari yang lalu.


Jazaakumullah khoir telah membaca tulisan makhluk penuh dosa ini.

Barakallahu fiikum...


Related Posts

16 komentar

  1. Mbaaaak masih belum bisa nih huhuhu, jadinya postingan anonim, kenapa ya mbaaak

    BalasHapus
  2. Iyaa ig mba megha, i don't know mba, akyu bukan ahlinya huhuhu...

    BalasHapus
  3. Terima kasih sharingnya mba.. Sebuah sentilan juga bagiku yg masih sangaaaat kurang dlm memaknai ketaatan pada NYA.. Hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mba, sy juga masih tertatih tatih. Semoga Allah jaga keimanan kita hingga akhir hayat. Aamiin

      Hapus
  4. Subhanallah, terkadang untuk menjadi muslimah yang taat perlu sentilan dari kejadian orang lain sebagai pengingat. Saya pun sedang berjuang untuk menuju diri yang lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Alloh Kuatkan kita dalam menuju jalan ketaatan yaa mba. Dan saling mendoakan dalam kebaikan. Aamiin

      Hapus
  5. Terima kasih pencerahannya ya kadang kita terlena dengan kegiatan sehari-hari dan kesibukan tiada habisnya dan melupakan Dia, semoga kita selalu Istiqomah di jalannya aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mba dedew, saling mendoakan dan menyemangati dalam kebaikan ya mba. Aamiin

      Hapus
  6. Betul sekali, apapun yang Allah beri adalah suatu hikmah, pelajaran , so ketika kita mendapatkan apapun jangan panik ,jangan buru-buru berasumsi jelek , barangkali itu adalah jalan Allah atas doa doa kita agar selalu di lindungi dari hal hal yang lebih jelek lagi ,,semangat

    BalasHapus
  7. Bener banget, hijrah itu mudah kalo kita menerima nasihat. Istiqomah yang susah dengan banyaknya godaan, bahkan dari orang terdekat seperti keluarga pun bisa menghancurkan ketaatan kita.

    Kagum banget dengan kebesaran tekad belajar mba Etha, dalam keadaan sakit masih memaksakan diri untuk berangkat. Namun ternyata ada tambahan ilmu yang didapatkan. Semoga sekarang udah membaik ya luka panasnya

    BalasHapus
  8. Semua peristiwa pasti ada hikmahnya.
    Wah salut sama mb Etha, kondisi kaki lepuh masih berusaha datang ke kajian.

    BalasHapus
  9. Ma syaa Allah mbak, akhirnya aku bisa komen di sini pakai nama asli dan gak anonim lagi huhuhu, mungkin ini salah satu hikmahnya juga ya mbaak

    BalasHapus
  10. Duh. Andai kata aku. Nggak tahu deh. Bakal berangkat menuntut ilmu atau nggak. Secara ya. Kejadian tertuang air panas sudah jadi alasan untuk kembali absen. Toh kita juga nggak mengada-adakan alasannya. Tapi namanya kebaikan ya. Dan janji yang harus ditepati. Kudu tengok lagi kondisi hati nih.

    BalasHapus
  11. Masyaa Allah teguran dari Allah itu indah banget ya mba etha :")
    sebab-akibatnya terbungkus rapi dan mbak etha diijinkan untuk mengambil hikmah yang masyaa Allah jugaa. huhu nikmat dunia bangett

    BalasHapus
  12. Terima kasih banyak untuk tulisannya mba, jadi pengingat untuk diri saya sendiri juga yang masih lebih banyak nggakt taunya berkaitan dengan ilmu agama dan kehidupan ini. Insya Allah bakalan makin terus membaik seiring dengan berjalannya waktu.

    Btw kakinya tidak sampai luka yang serius kan mba? Saya jadi miris membayangkan kaki yang terkena air panas itu loh huhuhuuu...

    BalasHapus

Posting Komentar