headerblog

Hikmah Tawakal, Allah Kabulkan Doa Kita

2 komentar

 

Hikmah Tawakal Allah Kabulkan Doa

"Bunda, besok kalau lebaran, beli sepatu roda ya… " pinta putri keduaku, Jihan namanya. 

Permintaan ini bukan tanpa alasan, melainkan karena kedua temannya sama-sama memiliki sepatu roda, dan mereka menggunakannya dikala waktu senggang sebelum berangkat mengaji sore di masjid. 


Putriku ini tahu betul kalau sepatu roda bukanlah sesuatu yang bisa seketika diwujudkan kedua orang tuanya. Makanya, ia berucap kalau lebaran, hihihi. Karena kalau lebaran, Alhamdulillah ada rejeki dari orang-orang tersayang untuknya.


Keinginan Membeli Sepatu Roda 


Keinginan Jihan pun aku sampaikan kepada sang Qowwamah di rumah, sang pemberi keputusan, sekaligus sang pencari nafkah. Iya tidak lain tidak bukan adalah suamiku. 

"Kak, kamu kepingin banget sepatu roda? Emang udah bisa?" Tanya suamiku pada Jihan.

"Iya, kakak udah mau bisa koq." Jawab putriku yang pasti dengan penuh harap, sang Ayah bisa memenuhi keinginannya. Namun, sepertinya jawaban sang Ayah kurang memuaskan hatinya.

"Kak, Ayah bilang ya...kira-kira sepatu roda itu sesuatu yang sangat penting ngga?" 

Putriku pun hanya nenunduk dan terdiam. Lagi-lagi suamiku mengajukan pertanyaan.

"Kira-kira, sepatu roda itu bisa membawa kakak dalam ketaatan ngga?"

Masih menunduk dan terdiam namun ada tambahan sedikit, yaitu mata yang mulai berkaca-kaca.


Aku sangat bisa merasakan perasaannya, namun aku tetap harus sepakat dengan Pak Suami, karena ia lah pemberi keputusan di rumah ini, dan aku bertugas melaksanakan semua keputusannya di rumah.


Memahamkan Bahwa Tidak Semua Keinginan Harus Terwujud


Suamiku pun melanjutkan kembali nasehatnya..

"Kak, maaf ya, kalau Ayah belum bisa janji belikan kakak sepatu roda, tapi sebelum kita menginginkan sesuatu, kakak harus lihat dulu manfaatnya. Kalau memang bisa menghantarkan kita pada ketaatan ya ngga papa. Tapi kalau cuma sekedar kakak kepingin punya temen, ya ayah kurang setuju. Bukan apa-apa kak, ini memang aturan dari Ayah, karena Qadarullah Ayah belum diberikan rejeki yang lebih-lebih, jadi kalau mau membeli sesuatu apapun harus lihat dulu fungsinya, dan kebutuhannya. Paham ya kak?"

"Iya yah" terdengar jelas suaranya agak serak, menandakan level menangisnya sudah bertambah.


Malam harinya kuajak Jihan ngobrol berdua.

"Kak, Bunda tau, pasti kakak sedih sama pernyataan Ayah tadi. Tapi, apa yang Ayah sampaikan itu benar. Ayah melatih kakak supaya lebih bisa menahan semua keinginan kita. Karena, tidak segala sesuatu yang kita inginkan itu harus terwujud. Tapi...kalau Allah sudah menghendaki, jangankan sepatu roda kak. Apapun di dunia, mudah Allah Kabulkan. Nah, kalau kakak memang pingin banget sepatu roda, ya udah kakak tinggal minta sama Allah dengan syarat, barang itu bisa menghantarkan kakak pada ketaatan. Satu lagi, kuncinya adalah tawakal. Dan, jika Allah tidak mengabulkan permintaan kakak, jangan kecewa, sebab Allah Maha Tau mana yang terbaik buat hambaNya. Jika memang tidak dikabulkan ya sudah, ikhlas dan tetap berprasangka baik sama Allah. Jangan juga kakak membanding-bandingkan mengapa si A punya ini, mengapa aku ngga. Karena setiap manusia itu menjalani ujian dan rezeki masing-masing. Kakak kan ngga tau mengapa Allah memberikan rezeki itu kepada temen-temen kakak. Mungkin karena temen kakak itu melakukan kebaikan, ketaatan, kesabaran, keikhlasan yang kita tidak tahu. Makanya Allah kabulkan permintaannya. Jadi, jangan pernah membandingkan hidup kita sama orang lain. Paham ya kak?"

Duh, udah kaya kereta ya nasehat Bundanya, hahaha. 


Maklum buibu, kakak-kakak, anak cewek itu lebih sensitif dan moody'an, jadi memang kita perlu menjelaskan segala sesuatu itu lebih detail. Supaya, ia paham how and why'nya….


Hikmah Tawakal, Allah Kabulkan Doa Kita


Setelah beberapa hari berlalu, Alhamdulilah Jihan sudah mulai melupakan harapannya akan sepatu roda. Dan Alhamdulilah'nya lagi, kedua sahabatnya dengan ikhlas dan sabar meminjamkan bahkan melatih Jihan sampai akhirnya berhasil menggunakan sepatu roda. MasyaAllah anak-anak baik…. Barakallahu fiikum…


Beberapa hari kemudian pun, Alhamdulilah Allah menjawab keinginannya…

Siang itu, tanpa sengaja terjadi obrolan via chat whatssap dengan salah seorang sahabat, tentang anak. Biasa, kita memang sering curhat mengenai anak-anak dengan semua ceritanya. 

Namanya juga buibu, obrolannya apa lagi sih selain soal anak? :D


Beliau menceritakan jikalau anaknya mulai sedikit membandingkan karena ada sesuatu yang temannya punya ia belum punya, atau temannya bisa, ia belum bisa. Waah, pas nih, kondisinya hampir sama seperti yang sedang kualami. Menurutku masih wajar sih anak-anak mengeluarkan "rasanya". Kita aja yang udah usia segini, kadang masih suka begicuu ya buibu :).


Akhirnya, akupun menceritakan kisah Jihan dan sepatu rodanya. Sama, anak-anak sedang mengalami "rasa kepingin" punya temennya. Disitu aku menjelaskan bahwa aku menasehati Jihan panjang lebar, dan Alhamdulilah atas ijin Allah, Jihan mematuhi. Harapanku, putra sahabatku ini juga akan mengalami reaksi yang sama ketika diberikan pengertian dan nasehat tersebut.


Siapa sangka dan duga, tiba-tiba ia menawarkan sepatu roda milik putranya yang sudah tidak terpakai. MasyaAllah….

Kalau sudah rezeki, entah dari mana saja, ya Allah adakan jalannya. I believe it…


Kemudian, setelah sepatu roda itu diambil oleh suamiku, dan siap-siap dibawa pulang ke rumah. Barulah aku memberitahukan kepada Jihan.

"Kak, InsyaAllah nanti malam ada kejutan buat kakak."

"Kejutan apa Bunda?" wajahnya datar, sepertinya ia sudah benar-benar memupuskan harapannya soal sepatu roda, hahaha.


Benar saja, sepulang dari mengaji, ia pun kaget namun ta dapat dipungkiri, terpancar raut bahagia di wajahnya.

"Bunda, ini sepatu roda siapa? Ini kejutannya?" 

Hmm, masih sok-sok'an heran lho dia, hihihi. Masa iya, sepatu roda punya ayahnya :D.

"Iya kak, Alhamdulilah Allah Kabulkan melalui pemberian dari ….. "


Jelas, tanpa ragu lagi, setelah selesai membereskan diri, cuuss langsung dicoba dong….

Begitulah anak-anak, inget banget dulu kalau punya mainan baru, sampai ngga bisa tidur karena pingin cepet-cepet bisa mainan lagi….

Alhamdulillah begitu sederhana'nya standart kebahagiaan dikala usia kanak-kanak.


Beberapa hari setelahnya, Jihan mulai membuka obrolan denganku.

"Bunda, tadi kakak udah cerita sama … dan … (kedua temannya) kalau kakak udah punya sepatu roda, dan mereka seneng banget."

"Alhamdulillah kak, tuh Allah kalau mau mewujudkan keinginan hambaNya, mudah bagi Allah kak, apalagi ini kan perkara dunia."

"Iya, berarti sekarang kakak harus janji, sepatu roda ini bisa membawa kakak pada ketaatan"

"Iya, semoga Allah mudahkan ya kak. Aamiin."


Jujur, terharu dengan obrolan ini. Apalagi part dimana Jihan menceritakan respon kedua temannya yang bahagia melihat salah seorang temannya akhirnya memiliki sepatu roda. MasyaAllah, bersihnya hati mereka. Tidak semua anak-anak memiliki respon yang sama. Flashback waktu aku kecil, kadang justru ada rasa iri pas temennya bisa punya sesuatu sama seperti dirinya. Dan, kedua teman Jihan ini memiliki rasa syukur yang sama ketika Jihan akhirnya memiliki sepatu roda. MasyaAllah Tabarakallah...


Perasaan sederhana, namun sangat menyentuh hati. Sikap mereka mengajarkan kita untuk ikut bahagia melihat kebahagiaan orang lain. Noted.

Jazaakunallah khoir anak-anak solihah..


Alhamdulillah, akhirnya Allah Mudahkan kami memberikan penjelasan mengenai Tawakal kepada Jihan. Walaupun, sebagai orangtua, kami pun menemui banyak ujian dan bahkan terkadang kami sendiri belum mampu melakukan apa yang kami nasehatkan kepada mereka. Namun, bukan berarti kami putus asa dalam menyampaikan nasehat kebaikan, karena hati mereka milik Allah, Allah maha membolak balikkan hati. 


Tugas orang tua adalah berusaha mendidik dan memberikan nasehat kebaikan, sebaliknya Allah yang menentukan hasilnya, dengan catatan, anak akan mengikuti orangtua'nya. Maka, bersikaplah seperti apa yang kita inginkan untuk anak-anak kita. Jangan hanya menuntut kebaikan pada mereka, sementara kita lalai.


Hikmah Tawakal, Allah Kabulkan doa kita. Nasehat untuk putriku, adalah nasehat untukku pula. Bisakah aku benar-benar tawakal? Sudahkah aku bertawakal dengan sebaik-baik tawakal?

Terimakasih untuk kisahnya ya nak, Alhamdulilah setiap peristiwa itu mengandung hikmah yang selalu bisa dipetik..

Semoga kita senantiasa menjadi bagian dari yang selalu dapat mengambil hikmah dan terus berprasangka baik kepada apapun, siapapun, dan Allah tentunya.








Related Posts

2 komentar

  1. ma syaa Allah, aku ikut netes mbaca ini mbak huhuhuhu, kok aku bisa nebak nebak siapa yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, MasyaAllah mba pertemanan anak2 tu, kita kdg malah belajar dr mereka😍

      Hapus

Posting Komentar