headerblog

Buku Favorit

Posting Komentar

Tentang Buku Favorit

Menorehkan tulisan tentang buku favorit kali ini, jujurly memakan waktu yang cukup lama untukku. Karena, buku yang awalnya sudah terbaca dan harusnya bisa tertuang dalam tulisan, tetiba saja hilang dalam angan-anganku, wuuuusssh….

Ya, mau tidak mau, aku harus mengulang lagi untuk membacanya dari awal. 

Tapi, ngga papa sih, justru seperti tersentil kembali. Semangat yang sempat down, akhirnya perlahan mulai muncul kembali.

Buku yang isinya akan kutuangkan dalam artikelku ini, memiliki makna tersendiri, oleh sebab itu, kupilih'lah doi sebagai kategori buku favorit.


Buku Pemberian Seorang Teman yang Ternyata Menjadi Coach'ku

Beberapa tahun yang lalu, salah satu Orang Tua Santri Kuttab, yang Qadarullah putrinya sekelas dengan putriku, tetiba memesan dagangan yang kujual. Akhirnya, terjadilah COD antara kita. 

Awal per'ngobrol'anku dengan mba Maritaningtyas, ya…tau namanya, sering melihat beliau, tapi untuk obrolan, belum pernah terjadi, hihi. Aku mengetahui jika beliau adalah seorang Content Writer, dan aku memberanikan diri untuk menyampaikan bahwa aku suka nulis dari kecil. Bla bla bla, akhirnya mba Marita pun memberikanku 2 buku pada pertemuan kami selanjutnya. Dua buku tersebut adalah karya Isa Alamsyah. 

Hmmm, mau buat novel nih akyu ceritanya? Koq dikasi mba Marita buku Cara Mudah Menulis Novel? Jadi….. per'ngobrol'anku dengan beliau pertama kali, aku mengatakan jika aku memiliki cita-cita mengabadikan kisah hidupku dalam sebuah buku. Karena, aku merasa hidupku kaya sinetron, hahaha. 

Entah, cita-cita itu sudah ada sejak aku mengalami beberapa kejadian "sakit, jatuh, terluka fisik & psikis" dan bisa kembali bangkit tanpa terpikir untuk mengakhiri hidup, itu bisa kusebut anugerah tersendiri.

Karena, nyatanya banyak sekali manusia yang tidak punya ruang untuk bercerita, tertekan, tidak punya keberanian speak up, tidak ada bantuan, mereka memilih mengakhiri hidup mereka yang sebenarnya bukanlah akhir, melainkan awal. 

Lanjut…

Beberapa hari setelahnya kubaca 2 buku dari Coach Marita. Dua buku karya Isa Alamsyah, dengan 2 judul yang berbeda. Namun, masih seputar kepenulisan. 

Buku pertama berjudul, 101 Dosa Penulis Pemula. Buku kedua berjudul, Cara Mudah Menulis Novel. 

Jujurly, buku dengan judul pertama belum selesai kubaca, sebab, awalnya terselip iklan, akhirnya, iklan datang terus dan belum benar-benar mengumpulkan niat untuk menyelesaikan membacaku, huhuhu….#jadinyalahiniklan. 

Nah, akhirnya pilihanku pun jatuh pada buku judul kedua yang akan kutuangkan dalam artikel ini. Sebab, yang menarik perhatianku bukan hanya sekedar poin utamanya, tapi juga selipan tulisan "naskah sembarangan" yang ceritanya juga cukup menggertak hatiku. 


Buku dengan Judul Cara Mudah Menulis Novel

Tentang Buku Favorit


Judul : Cara Mudah Menulis Novel

Penulis : Isa Alamsyah

Penerbit : Asma Nadia Publishing House

Tebal buku : viii + 120 hlm.

Tahun terbit : 2019

Peresensi: Ken Lazuardy

Awal membuka buku, disambut dengan tanda tangan coach'ku dan juga tanda tangan si penulis, MasyaAllah….

Tentang Buku Favorit

Setelahnya, ternyata bukan langsung menuju ke pembahasan sesuai judul, namun cerita tentang salah seorang penulis yang mengirimkan naskah tulisannya yang terbungkus amplop coklat masuk ke Penerbit Asmanadia Publishing House dalam bentuk yang bisa dibilang tidak sesuai prosedur. 

Nah, dari situlah kemudian muncul buku Cara Mudah Menulis Novel. 

Memang ya, kalau sudah jadi penulis handal tuh, ketemu 1 hal aja, ide yang muncul di kepala bisa random. Hmm, maybe jam terbang juga sangat berpengaruh ya dear. 

Buku Cara Mudah Menulis Novel ini, didalamnya terdapat 3 babak. Masing-masing babak terdapat beberapa tahapan.

1. Babak Pertama : Bebas dan Lepaskan Isi Kepalamu

  • Tahap Pertama : Menemukan Ide
  • Tahap Kedua : Merumuskan Premis
  • Tahap Ketiga : Mencatat Acak, Membuat Pointers, atau Brainstorming
  • Tahap Keempat : Mengurutkan Timeline
  • Tahap Kelima : Merancang Treatment
  • Tahap Keenam : Mulai dari Bagian yang Paling Kamu Sukai atau Sukai
  • Tahap Ketujuh : Riset dan Konfirmasi Ulang

2. Babak Kedua : Temukan Cara Penyajian Terbaik

  • Tahap Kedelapan : Menentukan POV (Point of View)
  • Tahap Kesembilan : Menciptakan Karakter
  • Tahap Kesepuluh : Memilih Setting Tempat atau Waktu
  • Tahap Kesebelas : Mengatur Plot atau Alur 
  • Tahap Kedua belas : Meramu Konflik
  • Tahap Ketiga belas : Menempatkan Klimaks
  • Tahap Keempat belas : Menyimpan Misteri
  • Tahap Kelima belas : Menghadirkan Kejutan
  • Tahap Keenam belas : Menutup Ending, Menyisakan Kesan
  • Tahap Ketujuh belas : Menseleksi Judul

3. Babak Ketiga : Akhiri Karya Dengan Sempurna

  • Tahap Kedelapan belas : Selesaikan Draft Kasar
  • Tahap Kesembilan belas : Perbaiki dengan Editing and Retouch
  • Tahap Kedua puluh : Perbantukan First Readers
  • Tahap Kedua puluh satu : Lakukan Final Retouch
  • Tahap Kedua puluh dua : Persiapkan Marketing, Branding, Networking, dan Mencari Penerbit

4. Penutup : Jangan Cepat Puas dan Teruslah Berkembang


Tulisan Tangan Sismi Lianti

Buku ini muncul karena adanya tulisan tangan Sismi Lianti. Ia berniat mengirimkan naskah novel namun sama sekali tidak sesuai prosedur, walaupun sebenarnya ia sudah melakukan tahap terpenting dalam menulis novel. Melewati fase mencari ide, membuat pointer, menyeleksi kasus, walaupun eksekusinya kurang cantik, bahkan bisa dibilang tidak layak terbit. Naskah novel yang ditulis oleh Sismi Lianti ini tertoreh pada halaman 5 sampai 24, berjudul "Prasasti Wali dari Allah Subhanahu wa ta'ala". 

Awalnya, aku lumayan enggan membaca tulisan tersebut, karena terlihat kecil dan kurang rapih. Namun, setelah selesai membaca buku tersebut hingga halaman terakhir, aku kembali penasaran pada 19 halaman yang kutinggalkan tadi. Akhirnya, aku kembali membuka halaman 5 tersebut dan membacanya hingga selesai halaman 24. 

Tentang Buku Favorit

Bentuk tulisan tangan beliau memang terkesan kurang rapi, dan menggunakan bahasa yang campur aduk. Namun, aku tidak terlalu fokus pada kekurangannya, aku justru fokus pada isi ceritanya. Ia menceritakan tentang sosok ayahnya yang tempramental, bahkan beberapa kali ia menyebutnya "monster berlabel ayah". Terdapat inner child sudah pasti, sebab sebutan kata monster saja, yang ada dalam benak kita adalah sosok menyeramkan yang seringnya jadi musuh para tokoh pembela kebenaran di film anak-anak. Kebayang kan?

Namun, menuju akhir cerita, ia menceritakan sosok ayahnya yang tak lagi menyeramkan seperti awalnya. Begitu banyak ujian yang ia alami dari sakit, putus sekolah beberapa waktu, mendapat kiriman sihir, hingga akhirnya ia menemukan happy ending di ujung ceritanya. Bahkan, ia menuliskan beberapa jihad akbarnya seperti mengIslamkan ayahnya, membebaskan ibunya dari jeratan rentenir, dan lain-lain. 1 kalimat terakhir tulisannya berbunyi, "Menjadi pemaaf itu butuh proses"

Membaca tulisan tersebut disaat hati sedang carut marut, seketika langsung menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berucap dalam hati, Alhamdulillah Ala Kulli Haal. Setiap insan memilik jalan rejeki dan ujiannya masing-masing. Namun, mereka yang melalui perjalanan yang "berat", pasti Allah siapkan pula " hasil yang lebih" yang sesuai dengan apa yang telah dilalui. Sebab Allah telah menakar kemampuan setiap hambaNya. 

Dari cerita Sismi Lianti tersebutlah, kembali menengok diri, orang dengan ujian yang berat, namun tetap kuat serta tetap memilih jalan yang lurus dan sesuai aturanNya itu tidak mudah. Doa terbaik untuknya, untuk semua orang yang sedang mengalami ujian beratnya, dan untuk diri sendiri pula.


Poin Paling Menyentuh dalam Buku Cara Mudah Menulis Novel

Ada beberapa poin yang memang berasa mak dheg dan menjadi catatan tersendiri buatku si penulis amatiran ini. 

Masih pada babak pertama, setelah penulis menunjukkan hasil karya asli Sismilianti, seseorang yang mengumpulkan naskah tidak sesuai prosedur.

Kak Isa Alamsyah menyampaikan pada paragraf akhir halaman 27. 

Kesalahan utama penulis yang duduk diam di depan komputer tak menghasilkan apa-apa adalah karena mulai bekerja sebagai penulis saat duduk depan komputer. Padahal cara kerjanya tidak harus seperti itu. Kita punya waktu 24 jam untuk berpikir apa yang harus diketik selama 5 menit tersebut. Waktu ngantri, duduk, berdiri, fitness, sisakan salah satu tempat di otak untuk mengendapkan ide.

Jika itu dilakukan, maka ketika jari di atas keyboard, kita tinggal menuangkan ide yang sudah berlesatan di otak.

Jadi, ide sudah dipancing sebelum laptop dinyalakan. Tulisan sudah diselesaikan di kepala sebelum di depan komputer.


Nah loh, apa kabar aku yang masih belum bisa memprioritaskan waktu untuk menulis nih, huhuhu. Jelas, tulisan tersebut diatas bak sentilan dan nasehat untukku. 


Kemudian poin berikutnya ada di babak 1, Bebas dan Lepaskan Isi Kepalamu. 

Kak Isa Alamsyah menuliskan kalimatnya pada paragraf kedua.

Bebaskan pikiran dan kepala untuk mulai menulis. Merdekakan diri untuk menuangkan ekspresi dalam tulisan.

Menulis saja dulu, asal sekalipun, biarkan mengalir. Setidaknya kita sudah mulai, sudah melakukan pemanasan. Beberapa penulis ternama juga melakukan itu, melepas dulu apa yang ada di kepala melalui tulisan…..

Penulis legendaris peraih hadiah Nobel, Ernest Hemingway mengatakan, "The first draft of anything is shit." Artinya, sang penulis sadar tulisan awal pada akhirnya akan dibuang, tapi ia tetap melakukan karena menyadari itu adalah bagian dari proses. Pada tahap ini, penulis diajak untuk melepas apa yang ada dalam kepala mereka secara bebas di satu sisi, tapi juga diajak berpikir sistematis di sisi lain.

Nah, di part ini aku juga merasa mendapatkan kembali nasehat tentang menuangkan rasa dalam tulisan itu memang bukan perkara mudah. Karena nyatanya, ketika kondisi hati sedang tidak baik-baik saja. Menulis apapun itu seperti mengerjakan soal Ujian Matematika, syusaaaah. Namun, jika menulis karena mau curhat, waah ngalir aja tuuh tulisan. Tapi kan, semua tulisan ngga melulu tentang curhat dong.

Ilmu yang kudapat, tetap menulislah, tuangkan saja, tulis saja, entah nanti akan ada yang dibuang, setidaknya sudah tertuang, dan melatih diri untuk tetap bisa konsekwen menulis.


Buku Favorit

Mengapa memilih Buku Cara Mudah Menulis Novel menjadi buku favorit? Alasan pertama adalah, jelas buku ini berkesan karena pemberian dari coachku mba Maritaningtyas. Terima kasih untuk semua ilmu dan kesabarannya ya coach, Jazaakillah khoir. 

Kedua, aku disuguhi cerita real salah seorang penulis yang ceritanya dapat menjadi pelajaran dan kuambil hikmahnya untukku.

Ketiga, ada beberapa poin tentang kepenulisan yang kembali menggugah dan menyadarkan aku setelah sekian hari semangat menulisku sedang down. "Bangun, Sadar, Menulislah, Ayo kembali semangat…"


Sekian tulisanku tentang Buku Favorit. Semoga Bermanfaat, dan mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih…








Related Posts

Posting Komentar