headerblog

Sosok Inspiratif, Bunda Khadijah Istri Rasulullah

Sosok Inspiratif Bunda Khadijah


Menyadari sekali, dalam kehidupan, kita memang membutuhkan sosok inspiratif, yaitu sebagai contoh atau figur yang bisa kita jadikan acuan atau ditiru kebaikan dan juga kelebihannya. Oleh sebab itu, pentingnya memilih dan memilah, kira-kira sosok seperti apakah yang membuat kita banyak terinspirasi darinya.


Membutuhkan Sosok Inspiratif Sebagai Contoh Figur Terbaik Dalam Kehidupan

Sejak awal mulai menyadari tentang tujuan hidup sebenarnya, mulailah aku mencari tau bagaimana seharusnya aku berikhtiar dan terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Salah satunya adalah dengan mencari sosok yang bisa menginspirasi diri ini, terlebih dalam proses hijrahku. Hijrah yang kuawali dari tahun 2015, yang perjalanannya sungguh bak rollercoaster. Naik turun, berkelok-kelok, ta ayal membuatku sering merasa futur atau down. Disitulah, aku kembali mengulik kisah tentang sosok inspiratif yang menjadi panutanku dalam menjalani peran yang dipercayakan Allah untukku saat ini. Tidak lain tidak bukan, peran menjadi seorang istri dan juga ibu yang baik, tentunya yang sesuai tuntunan yang agamaku ajarkan, Islam. 


Sosok Bunda Khadijah, istri Rasulullah

Bunda Khadijah adalah yang pertama kali beriman dan yang pertama kali diajarkan wudhu dan shalat bersama Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Ibnul Atsir menyatakan, 

“Khadijah adalah yang Allah tetapkan masuk Islam pertama kali, tidak ada laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.” 

Dinukil dari Ummahat Al-Mukminin, hlm. 174.

Imam Adz-Dzahabi menyatakan pula,

“Khadijah Ummul Mukminin adalah orang yang pertama kali beriman pada (ajaran) Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkannya sebelum yang lainnya.” 

(Siyar A’lam An-Nubala’, 2:109)


Ingat sekali, pernah mendatangi kajian yang berkisah tentang Bunda Khadijah. Part dimana diceritakan tentang perjuangan Bunda Khadijah mendampingi Rasulullah dalam dakwahnya, berkorban seluruh jiwa raga, bahkan materi. Nulis ini masih juga ngga kuat menahan harunya, MasyaAllah.  

Diceritakan bagaimana Bunda Khadijah membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bunda Khadijah membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menerima wahyu pertama di Goa Hira. Sebelum diberikan wahyu pun, Bunda Khadijah sudah membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menguatkan Rasulullah dengan memberikan ketenangan ketika beliau mendapatkan mimpi yang membuat Rasulullah takut. Bunda Khadijah juga shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih disyariatkan sembunyi-sembunyi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyampaikan, 

“Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” 

(HR. Ahmad, 6:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih.)

Ya Allah, masih sampai pada part ini, air mata sudah tidak kuat tertahan, betapa mulianya Bunda Khadijah dengan segala cinta dan perjuangannya untuk agama ini. 


Bunda Khadijah, Sosok yang Sangat Mulia

Siang itu, masih pada kajian yang sama, mengulik tentang Bunda Khadijah, istri pertama Rasulullah. Ketika Ustadzah menceritakan betapa mulianya Bunda Khadijah hingga Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dan menyampaikan bahwa Bunda Khadijah mendapatkan salam dari Allah dan Jibril ‘alaihis salam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’'

(HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432).

Tidak terasa, air mata menetes sejadi-jadinya. Bagaimana tidak, mendengar dan membayangkan rumah di Syurga yang terbuat dari emas dan perak, yang tidak ada kebisingan dan kepayahan di sana, disaat hati masih carut marut dengan angan-angan dunia, rasanya malu dan menyadari bahwa Syurga itu tidak diraih dengan santai dan berdiam diri tanpa perjuangan apa-apa.

Kembali, Ustadzah melanjutkan beberapa kemuliaan Bunda Khadijah lainnya.

Bunda Khadijah adalah wanita terbaik di dunia dan akhirat.

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ

“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. 

Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.


Belajar dari Bunda Khadijah, Sosok Inspiratif

Jelas, rasanya tidak mungkin kita meniru persis sosok Bunda Khadijah yang penuh kemuliaan. Namun, setidaknya gambaran kesabaran, perjuangan, cinta dan khidmat'nya beliau kepada Rasulullah sang suami menjadi lecutan diri untuk terus bisa memperbaiki. 

Harta melimpah yang habis diperuntukkan untuk mendukung dakwah sang suami, menjadi orang pertama yang beriman, mendampingi Rasulullah disaat semua orang menyangkal. MasyaAllah, kembali melirik diri, bagaimana sikap kita kepada suami? 

Terkadang masih mengedepankan ego, masih sulit meminta maaf, masih merasa harus menang dan tidak mau mengalah, masih berbicara dengan nada keras, dan mungkin masih banyak sikap-sikap lain yang kurang tepat yang masih saja melekat.

Bukan untuk menjadi sempurna seperti sosok inspiratif, Bunda Khadijah. Namun setidaknya, ketika sedang dalam keadaan futur, kisah Bunda Khadijah kembali menjadi kisah yang paling menginspirasi diri untuk berikhtiar memperbaiki.


Semoga kita semua senantiasa diberikan kekuatan untuk terus memperbaiki. Aamiin

Terimakasih sudah membaca..

Barakallahu fiikum sobat galery'ku semua.





 








Related Posts

Posting Komentar