headerblog

Teman Curhat Terbaik

Tentang Teman Curhat Terbaik

Curhat alias curahan hati, biasanya identik dengan perempuan. Kalau laki-laki mah, anti curhat sih sepertinya, hihihi. Namun, ternyata tidak semua teman itu bisa kita jadikan tempat curhat terbaik. 

Aku mau sharing dan berbagi cerita sedikit nih terkait pengalamanku beberapa waktu terakhir terkait curhat. 


Perlukah Curhat?


Walaupun di dalam Islam, curhat yang utama dan pertama adalah kepada Allah. Yang sudah jelas, selain terjaga kerahasiaannya, InsyaAllah juga akan mendapatkan solusi yang terbaik. 

Seperti pada penggalan salah satu ayat Al Qur'an.


QS Yusuf : 86


قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ


Artinya: Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya".


Demikian memang tempat curhat terbaik hanya kepada Allah, namun sebagai makhluk sosial, tidak menutup kemungkinan, kita membutuhkan orang lain sebagai tempat berbagi. 

Seperti yang beberapa waktu terakhir kualami, yaitu menjadi tempat curhat beberapa orang. Dan, aku bersyukur sebab banyak sekali hikmah serta pelajaran yang bisa kupetik dari sana.


Memilih Teman Curhat Terbaik


Tidak semua teman yang dekat dengan kita itu semuanya dapat menjadi tempat curhat. Alasannya? Banyak ya dear…

Setiap orang memiliki sifat dan karakternya masing-masing, dan tidak melulu semuanya bisa klik dengan kita. Apalagi untuk urusan mencurahkan hati, pasti ada beberapa alasan mengapa kita dapat atau bahkan ingin mencurahkan isi hati kita kepadanya.


Biasanya, yang paling utama dipilih adalah ia yang dapat menjadi pendengar yang baik. Sebab, menjadi seorang pendengar yang baik itu tidaklah mudah, karena terkadang lisan itu sulit menahan untuk mengungkapkan pendapat, atau menyanggah cerita orang lain. 


Wah, paling bete ngga sih kalau pas asyik curhat tetiba dikomentari banyak-banyak, hihihi. Karena memang ada sebagian yang hanya ingin didengarkan tanpa diberikan komentar, ya apa iya?


Tips Memilih Teman Curhat Terbaik


Mau mendengarkan


Seperti yang kusampaikan tadi ya dear, ada orang yang kurang bersabar dalam mendengarkan. Terburu-buru berkomentar, atau mengeluarkan beberapa sanggahan, nasehat yang sebenarnya tidak diminta oleh si pencurhat.


Melihat Sisi Kehidupannya


Disini lebih kepada bagaimana karakter seseorang, bagaimana ia bersikap, bagaimana ia menjalani hari-hari, bagaimana tutur katanya, bagaimana pengalaman hidupnya, dengan siapa saja ia bergaul. Sebab, pasti semua ini akan berpengaruh pada jawaban atau responnya. Biasanya, ia yang memiliki banyak ilmu dan pelajaran hidup, akan memiliki jawaban yang lebih bijak pula. 


Bukan Tipe Suka Mengatur


Ada beberapa yang memang memiliki sifat demikian, yang ketika terjadi obrolan, ia cenderung menjadi seseorang yang suka memberi aturan. Semisal, "kamu itu seharusnya bla bla bla…", atau "koq kamu begitu? kalau aku, aku pasti akan….", atau "Sudah, patuh sama anjuran saya, kamu harus….."


Pilihan kata yang sifatnya mengatur, memang cenderung tidak membuat nyaman orang yang sedang curhat. Kembali lagi, karena belum tentu anjuran yang diberikan itu bisa kita pakai, mengingat perbedaan latar belakang, situasi dan kondisi, dan lain-lain. Jika memang ingin memberi nasehat, sampaikan dengan nada dan pilihan kata yang baik, itupun sebaiknya ketika kita diminta untuk memberikan nasehat. 


Lalu, untuk diri sendiri, apakah kita sudah bisa menjadi teman curhat terbaik?


Tips Menjadi Teman Curhat Terbaik


Tidak Suka Memotong Pembicaraan


Termasuk dalam adab berbicara, bahwa memang lebih baik tidak memotong pembicaraan orang lain. Walaupun terkadang memang tidak mudah, namun berusaha untuk mendengarkan dulu secara tuntas rasanya lebih menghargai lawan bicara kita.


Menanyakan Terlebih Dahulu Perihal Nasehat


Ini seperti yang kusampaikan pada paragraf diatas tadi ya dear. Jangan tiba-tiba memberikan saran atau nasehat apalagi yang sesuai dengan kehendak diri kita. Karena, belum tentu sesuai dan dapat diterapkan. Jadi, lebih baik menanyakan terlebih dahulu, apakah berkenan untuk diberikan saran/ nasehat.


Mendengarkan Dengan Baik, Tidak Main Handphone


Ini rasanya berlaku bukan hanya ketika curhat saja ya dear, tapi menjadi salah satu adab mengobrol. Seringkali ketika lawan bicara sedang asyik bercerita, kita justru sibuk dengan handphone. Noted banget ini.


Tempatkan Diri Ada di Posisi Teman


Ketika kita masuk ke dalam cerita mereka, berusahalah untuk menjadi ada di posisi mereka. Sebab, dengan begitu, kita akan lebih mudah memahami posisi mereka.


Jangan Membandingkan Masalah


Beratnya ujian yang kita rasakan, belum tentu berat untuk orang lain. Pun sebaliknya, yang kita anggap ringan, belum tentu ringan untuk mereka. Jadi, alangkah lebih baik untuk tidak mudah membandingkan ujian atau masalah yang sedang mereka hadapi dengan ujian kita.


Tanyakan Apa yang Ia Butuhkan


Sebelum memulai bercerita, mungkin bisa kita ajukan pertanyaan terlebih dahulu, mengenai respon yang mereka minta dari kita. Apakah hanya sekedar ingin didengar, atau membutuhkan nasehat, atau bahkan membutuhkan pelukan? Duh duh duh, nulis sambil mbrebes mili daku….


Itu tadi sedikit tips yang semoga aku dan juga sobat galery dapat praktekkan ketika menjadi tempat curhat atau mencari teman curhat.


Karena, terkadang sesuatu yang terpendam sendirian, apalagi itu sebuah luka, sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Jadi, selain Allah sebagai tempat utama dan pertama kita mencurahkan segala isi hati, boleh mencari tempat curhat terbaik kepada orang lain, asalkan jangan sampai salah memilih tempat curhat, apalagi seorang wanita yang sudah memiliki suami. Hmmm, harus ada aturannya ya dear, kalau sebagai seorang wanita itu tidak boleh bergaul berlebihan terhadap lawan jenis. Jadi, ini harus menjadi catatan penting.


Teman Curhat Terbaik, Banyak Sisi Positif yang Bisa Diambil


Beberapa waktu terakhir, Alhamdulillah Allah mengijinkanku mendengarkan beberapa cerita teman, saudara, bahkan orangtua yang memang sengaja datang ke rumah untuk berbagi kisah. Dari yang hanya urusan ringan, hingga berat sekalipun. 


Alhamdulillah dari semua cerita, banyak sekali keindahan yang dapat aku petik dan simpan dalam memoriku, untuk kujadikan pelajaran dan pengalaman berharga dalam kehidupanku. 

Walaupun kehidupanku mungkin tidak lebih baik dari mereka, bahkan mungkin ujianku juga tidak lebih ringan, namun setidaknya membuka pintu hati untuk menerima cerita mereka, aku jadikan ini sesuatu yang sangat berharga. 


Aku kembalikan kepada diriku sendiri, bagaimana ketika kita membutuhkan tempat berbagi, namun tidak ada yang dapat menerima cerita kita? Sediih pastinya, padahal banyak orang yang walaupun hanya dengan bercerita, mengeluarkan segala isi hati, setidaknya pikiran yang semula terasa carut marut, hati yang terasa sesak, dapat menemui kelegaan. 


Ada sedikit kisah indah yang ingin kubagikan kepada sobat galery'ku semua. Jadi, akhir-akhir ini, atas ijin Allah, aku kembali diberikan kesempatan untuk dekat dengan ibu kandungku. Seorang ibu yang melahirkanku, dan kami terpisah sejak usiaku 4 bulan, karena aku diambil secara sembunyi-sembunyi oleh ayahku. Sekian tahun terpisah, aku kembali dipertemukan pada usiaku yang ke 16 tahun. 


Namun, pertemuan pertamaku dengan ibuku masih serasa seperti orang asing. Bagaimana tidak? Kami tidak pernah tinggal bersama dan berpisah jarak tanpa adanya komunikasi sedikitpun. Kemudian, sesuatu terjadi dan ibuku yang awalnya tinggal di Suarabaya, kembali pulang ke Semarang. Perlahan, aku mulai rutin mendatangi beliau, walaupun, keadaan masih sama, masih terasa canggung semuanya. 


Hari demi hari berganti, entah bagaimana Allah sang pengatur skenario kehidupan hamba-Nya ini menunjukkan kuasa-Nya, bahwa sesuatu yang dipisahkan oleh manusia, jika Allah mengijinkan bersatu, maka tidak ada yang dapat menghalangi. 


Alhamdulillah komunikasi kami membaik, bahkan ibu sering datang ke rumah, dan sering menelepon hanya untuk bercerita sesuatu hal. Meski mungkin raga ini belum mampu untuk menunjukkan bagaimana semestinya ibu dan anak yang saling mudah melakukan skinship.


Namun, kedatangan dan kehadiran beliau kembali pada kehidupan ini rasanya merupakan rejeki dan suatu nikmat yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Apalagi, mengingat bagaimana dulu aku pernah bermimpi dan berkhayal ketika usiaku menginjak 13 tahun. Melihat teman-temanku yang bisa curhat kepada ibunya, aku seakan seperti bermimpi, mana mungkin aku bisa seperti mereka. Jangankan curhat, bertemu pun rasanya sulit, karena terkendala jarak. 


Dalam hati pernah bergumam, kapan aku bisa ngobrol dan curhat dengannya? Kapan aku bisa duduk berdua saling bercerita? Ah ini hanya khayalanku saja…

Namun, Maha baik Allah dengan semua skenario indahnya, yang kembali menyatukan kami. 

Menjadi teman curhat terbaik itu bagiku seperti menerima banyak ilmu & pengalaman baru, terlebih menjadikan diri semakin banyak bersyukur dan menyadari, bahwa bukan hanya diri sendiri yang mendapati ujian, karena sejatinya kita semua sedang menjalani ujian masing-masing. 

Bukankah dunia ini adalah tempat ujian, dan istirahat sesungguhnya adalah kelak di akhirat.


Sekian, semoga bermanfaat.

Related Posts

Posting Komentar